Izin bertanya Pak Ustadz tentang
seputar hukum mengadopsi anak, serta apakah ketika sudah besar anak yang saya
diadopsi haram memandang atau berduaan dengan suami saya, begitu juga siapa yang
berhak menjadi wali nikahnya nanti? karena kebetulan anak yang saya adopsi
adalah perempuan. Mohon pencerahannya!
(Penanya: Majelis Taklim
Al-Kautsar Sambaliung)
Ibu penanya yang dirahmati Allah
Swt. Pertama yang perlu saya paparkan di sini adalah terkait istilah adopsi, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki pengertian pengangkatan anak orang
lain sebagai anak sendiri, sedangkan arti mengadopsi adalah mengambil
(mengangkat) anak orang lain secara sah menjadi anak sendiri. Adapun di masa
jahiliyah adopsi dikenal dengan istilah tabanni, yang mana sejak sebelum
Nabi Muhammad Saw. diutus mereka mempraktikkan adopsi secara mutlak dengan
artian mennisbatkan hubungan antara anak angkat dan orang tua angkat sepenuhnya
sama dengan anak dan orang tua kandung.
Rasulullah sendiri juga memiliki
anak angkat, Zaid bin Haritsah, yang kemudian dinisbatkan dengan Zaid bin
Muhammad. Kemudian turunlah ayat:
﴿ادْعُوهُمْ لِآبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ
عِندَ اللَّهِ ۚ فَإِن لَّمْ تَعْلَمُوا آبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
وَمَوَالِيكُمْ ۚ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُم بِهِ وَلَٰكِن
مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا﴾[ الأحزاب: 5]
Artinya: Panggilah mereka
(anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang
lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka,
maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.
Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang
ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. [Al-Ahzab: 5].
Dalam ayat lain ditegaskan bahwa
anak hasil adopsi tidak boleh disamakan dengan anak kandung. Sehingga Allah
memerintahkan Rasululah menikahi Zainab bin Jahsyi, mantan istri anak angkatnya
sebagai bukti bahwa status anak angkat tidaklah sama dengan anak kandung.
فَلَمَّا قَضَىٰ زَيْدٌ مِّنْهَا وَطَرًا زَوَّجْنَاكَهَا
لِكَيْ لَا يَكُونَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ حَرَجٌ فِي أَزْوَاجِ أَدْعِيَائِهِمْ
إِذَا قَضَوْا مِنْهُنَّ وَطَرًا ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا﴾ [ الأحزاب: 37]
….Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu
dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk (mengawini)
isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan
keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.
[Ahzab: 37]
Berdasarkan dua ayat di atas,
maka hukum mengadopsi sebagaimana yang dipraktikkan orang-orang di masa
jahiliyah (menisbatkan nasab sehingga mendapat hak warisan dari orang tua
angkatnya) adalah haram.
Beda halnya jika hanya dalam
rangka mengasuh, merawat dan mendidik, maka hukumnya boleh-boleh saja dan hal
semacam itu diistilahkan dengan tabanni bi makna al-kafalah.
Kemudian terkait hukum memandang
dan ikhtilath (berduaan) hukumnya tetap haram disebabkan tidak adanya hubungan
mahram. Begitu juga seorang bapak angkat tidak diperbolehkan menjadi wali
pernikahannya, dan yang berhak menjadi walinya adalah bapak kandung, atau
wali-wali yang lain dari keluarga aslinya, dan jika tidak ada atau tidak
ditemukan, maka perwaliannya berpindah pada hakim (KUA).
Solusi: Agar terhindar
dari keharaman tersebut, maka hendaknya bagi ibu yang ingin mengadopsi anak
hendaknya menjadikan anak tersebut menjadi anak rodho’ dengan cara
mengadopsinya pada waktu umur di bawah dua tahun dan menyusuinya sebagai lima
kali susuan secara terpisah.
فتاوى قطاع الإفتاء بالكويت: (ج:7، ص:148)
انتساب الولد إلى غير أبيه:
كما حرم الإسلام على الأب أن ينكر نسب ولده بغير حق حرم
على الولد أن ينتسب لغير والده، ويدعى إلى غير أبيه، قال عليه الصلاة والسلام:
"من ادعى إلى غير أبيه أو انتمى إلى غير مواليه فعليه لعنة الله والملائكة والناس
أجمعين لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفاً ولا عدلاً". أي توبة ولا فدية. (متفق
عليه)، وقال عليه الصلاة والسلام: " من ادعى إلى غير أبيه وهو يعلم أنه غير أبيه
فالجنة عليه حرام". (متفق عليه).
التبني بمعنى التربية والرعاية:
هناك نوع يظنه الناس تبنياً وليس هو بالتبني الذي حرمه
الإسلام وذلك: أن يضم الرجل إليه طفلاً يتيماً أو لقيطاً، ويجعله كابنه في الحنو عليه
والعناية به والتربية له، فيحضنه ويطعمه ويكسوه ويعلمه كأنه ابنه من صلبه، ومع هذا
لم ينسبه لنفسه ولم يثبت له أحكام البنوة المذكورة، فهذا أمر محمود في دين الله. يستحق
صاحبه عليه المثوبة في الجنة.
التنبيه (ص: 204):
باب الرضاع
إذا ثار للمرأة
لبن على ولد فارتضع منها طفل له دون الحولين خمس رضعات متفرقات صار ولدا لها وأولاده
أولادها وصارت المرأة أما له وأمهاتها جداته وآباؤها اجداده واولادها إخوته واخواته
وأخوتها وأخواتها أخواله وخالاته وإن كان الحمل ثابت النسب من رجل صار ولدا له وأولاده
أولاده وصار الرجل ابا له وأمهاته وجداته وآباؤه أجداده وأولاده إخواته وأخواته وإخوته
وأخواته أعمامه وعماته ويحرم النكاح بينهما بالرضاع كما يحرم بالنسب وتحل له الخلوة
والنظر كما تحل بالنسب.
المجموع شرح المهذب - شجرة العناوين (ج:16،
ص:163)
(فرع) قال الشافعي رضى
الله عنه: فان كان أولاهم به مفقودا أو غائبا غيبة بعيدة كانت أو قريبة زوجها السلطان،
وجملة ذلك أنه إذا كان للمرأة أب أو جد فغاب الأب وحضر الجد ودعت المرأة إلى تزويجها
نظرت، فان كان الاب مفقودا بأن انقطع خبره ولا يعلم أنه حي أو ميت فان الولاية لا تنتقل
إلى الجد، وانما يزوجها السلطان، لأن ولاية الاب باقية عليها، بدليل أنه لو زوجها في
مكانه لصح.
Posting Komentar