BREAKING

Sabtu, 17 Desember 2016

RKH. Thohir Zain, Itu Gusku


RKH. Thohir Zain adalah putra ke empat dari RKH. Abdul Hamid bin Achmad Mahfudz Zayyadi. Dari Ayahnya beliau termasuk keturunan dari Kiai Abdul Hamid bin Istbat Banyu Anyar, pengarang kitab Tarjuman yang sangat terkenal pada zamannya. (Lihat Silsilah RKH. Abdul Hamid AMZ Ayahanda beliau). Adapun dari ibundanya beliau adalah putra dari Nyai Hj. Muthi’ah binti RKH. Abdul Muqit bin RKH. Abdul Aziz/Ali Wafa Tempurejo bin RKH. Abdul Hamid Istbat. Sehingga kedua orang tua beliau masih sepupu dua kali. Karena Kakek beliau masih bersaudara yaitu RKH. Abdul Majid dengan RKH. Abdul Aziz/Ali Wafa. Adapun ibunda beliau (Nyai Hj. Muti’ah) dilihat dari ibunya adalah putri dari Nyai Maimunah binti Asma Binti Syaikhona Kholil Bangkalan dengan Nyai Mesi. Dengan demikian garis nasab beliau bertemu dengan Syaikhona Kholil Bangkalan (Lihat di sini)

Pada tulisan kali ini saya akan sedikit bercerita tentang sosok dari putra ke empat dari Kiai saya ini. Kebetulan dari para putra kiai, yang paling saya kenal adalah sosok beliau. Sosok yang banyak memberi motivasi sekaligus inspirasi kepada semua orang yang mengenalnya, terlebih pada saya pribadi sebagai santri sekaligus muridnya kala itu pun sampai sekarang. Untaian kata-kata bijak yang keluar dari dawuhnya bagai rintik hujan yang selalu saya nantikan di saat bumi yang saya tapaki terasa gersang.

Masih teringat dengan jelas dalam ingatan saya, jika tidak salah sekitar tahun 2004 beliau sudah mulai kembali menetap di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata setelah menimba ilmu di Pondok Pesantren Langitan Tuban dan di Darul Hadits di Kota Malang. Pada saat itu saya masih bersetatus sebagai santri baru di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata.  Menurut saya keberadaan beliau pada saat itu telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap sistem pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Saya masih teringat pada saat ratusan santri menangis dikarenakan tidak naik kelas disebabkan ide beliau untuk menaikkan kreteria ketuntasan minimal (KKM) di setiap mata pelajaran pokok. Rupanya dari setiap ide yang dituangkan oleh beliau mempengaruhi terhadap kualitas penedidikan yang ada di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata pada saat itu.  

Bukan sekedar itu saja, diantara gagasan beliau selanjutnya ialah menggalakkan kajian kitab kuning dan belajar membaca kitab kuning. Upaya beliau dalam hal ini ialah dengan memulai menghidupkan kembali sebuah organisasi yang sempat stagnan sebelumnya yaitu Majelis Musyawarah Kutubuddiniyah (M2KD).

Rupanya keberadaan saya sebagai salah satu anggota di M2KD waktu itu rupanya membawa keberuntungan tersendiri bagi saya, karena dari sanalah saya banyak mengenal beliau meski beliau belum mengenal saya.

Baru sekitar tahun 2010 tepat ketika saya baru naik ke kelas 1 MA beliau mulai mengajar pelajaran Nahu dengan materi kitab Al-Fiyah Ibnu Malik di kelas saya. Mulai saat itulah beliau mengenal saya, ditambah lagi setelah itu pada tahun 2010-2011 saya terpilih menjadi wakil derektur (wakil ketua) di M2KD, yang mau tidak mau saya harus sering sowan membicarakan dan menerima intruksi dari beliau berkaiatan dengan ke M2KD-an. Yang paling berkesan dan tidak saya lupakan ialah ketika pada tahun 2011-2012 pada saat itu saya menjabat sebagai Direktur (Ketua) M2KD oleh beliau saya diminta untuk melayani beliau selama liburan karena para khodim (sareng Red. Madura ) yang biasa beliau hendak pulang ke rumahnya masin-masing.

Begitulah pengalaman hidup saya dengan seorang sosok motivator yang selalu kaya dengan ide-ide yang brilian. Sosok itu pula yang mengantarkan saya terdampar jauh dari pulau Madura menuju pulau asing Berau Kalimantan Timur yang saya tempati sampai sekarang, untuk mengamalkan apa yang saya dapat di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata selama kurang lebih 8 tahun lamanya.

Adapun dari hasil ide-ide beliau, selain apa yang saya sampaikan adalah:
  • Terbentuknya program metode cara baca kitab kuning dengan cepat (3 bulan) yang diberi nama PRAKOM. Yang kebetulan saya termasuk bagian tim  sekaligus pengajar di PRAKOM  saat itu (2011).
  •  Terbentuknya program cepat memahami ilmu fikih yang diberi nama FIKIS (2011)
  • Terbentuknya program lanjutan PRAKOM yaitu ARKOM (2012)
  • Terbentuknya program cepat memahami ilmu Mantiq dan Usul Fikih atau LOGIS dll.

Mengenai kegiatan belaiu sampai saat ini antara lain ialah beliau menggantikan ayahandanya RKH. Abdul Hamid AMZ untuk mengajar kitab Tafsir Al-Qur’an tiap sore di Mushallah Pondok Pesantren Mambaul Ulmu Bata-Bata. Mengajar Kitab Al-Hikam di Congkop Mambaul Ulum Bata-Bata di setiap hari rabu sore. Beliau juga menjabat sebagai salah satu pengurus penting di kampus STAI Al-Khairat. Selain itu beliau sering menjadi pemateri seminar dan aktif menyampaikan ceramah-ceramah agama di pengajian umum dll. (lihat Video Ceramahnya di sini)

Demikin sekelumit tentang sosok Gusku, Gus Thohir Zain. Yang wejangannya selalu saya rindukan, dan rindu itu hanya akan terobati manakala saya sudah sowan kepada beliau. Sebagaimana 19 November 2016 yang lalu yang sowan untuk mengobati rasa rindu sekaligus memberi kabar bahwa saya sudah di karuniai anak yang diberi nama Hilyatul Aulia saya pun meminta doa dan barokah dari beliau. Tidak ada yang terucap dari kata-kata beliau kala itu selain ucapan “Barokallah”.

Abi_Hilya (Berau Kaltim, 17 Desember 2016)

Posting Komentar

 
Copyright © 2016 Abi Hilya