"Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir: Suatu ketika, Luqman—seorang hamba yang berkulit hitam dan berprofesi sebagai tukang kayu—diminta oleh tuannya untuk menyembelih seekor kambing. Setelah menyembelihnya, tuannya memerintahkannya untuk mengeluarkan dua bagian yang paling baik dari tubuh kambing tersebut. Luqman pun mengeluarkan hati dan lidah. Setelah beberapa waktu, tuannya kembali memintanya untuk menyembelih kambing lain dan mengeluarkan dua bagian yang paling buruk. Kali ini, Luqman juga mengeluarkan hati dan lidah. Ketika tuannya bertanya mengapa ia mengeluarkan bagian yang sama sebagai yang terbaik dan terburuk, Luqman menjawab: 'Tidak ada yang lebih baik dari hati dan lidah jika keduanya baik, dan tidak ada yang lebih buruk dari keduanya jika keduanya buruk.'”
Kisah ini mengajarkan kita tentang kekuatan hati dan lidah dalam membentuk karakter dan moralitas seseorang. Hati dan lidah adalah simbol kekuatan batin dan kemampuan komunikasi manusia, yang memiliki pengaruh besar terhadap perilaku dan hubungan antar manusia. Jika hati dan lidah dijaga dengan baik, keduanya bisa menjadi sumber kebaikan yang tiada tara. Namun, jika keduanya rusak, bisa jadi sumber malapetaka.
Hati: Sumber Kebaikan dan Keburukan
Hati dalam banyak ajaran agama dan moral sering dianggap sebagai pusat dari segala perasaan dan pikiran. Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika baik daging tersebut, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika buruk, maka buruklah seluruh tubuh; dan daging tersebut adalah hati. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran hati dalam menentukan tindakan dan sikap seseorang.
Hati yang bersih dan dipenuhi dengan kebaikan akan menghasilkan perbuatan yang mulia. Orang yang memiliki hati yang baik cenderung memiliki rasa empati, cinta, dan pengertian terhadap sesama. Mereka mampu melihat kebaikan dalam segala hal dan selalu mencari cara untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Sebaliknya, hati yang dipenuhi kebencian, iri, dan dendam akan merusak pemikiran dan perilaku seseorang. Hati yang busuk menghasilkan perbuatan yang merugikan dan bahkan merusak hubungan antar manusia.
Lidah: Pedang yang Tajam atau Sumber Hikmah
Lidah, sebagai alat komunikasi, memiliki potensi yang luar biasa. Melalui lidah, seseorang bisa menyampaikan kebenaran, nasihat yang bermanfaat, dan kata-kata yang menghibur. Namun, lidah yang tidak dijaga juga bisa menjadi alat penghancur, menyebarkan fitnah, kebohongan, atau kata-kata yang melukai perasaan orang lain. Sebagaimana Luqman dalam kisah di atas mengatakan, lidah bisa menjadi hal yang terbaik ketika digunakan dengan benar, tetapi juga bisa menjadi hal yang paling buruk ketika disalahgunakan.
Dalam kehidupan sosial, seringkali kita melihat bagaimana lidah bisa menjadi penyebab perselisihan atau bahkan peperangan. Kata-kata yang tidak dipikirkan terlebih dahulu bisa menyakiti perasaan, merusak hubungan, dan menyebabkan konflik yang berkepanjangan. Oleh karena itu, menjaga lidah agar selalu dalam kendali adalah salah satu kunci untuk hidup dalam harmoni dengan orang lain.
Sebaliknya, lidah yang digunakan dengan bijaksana bisa menjadi sumber kebahagiaan dan kedamaian. Kata-kata yang positif, nasihat yang membangun, dan kalimat yang penuh kasih sayang bisa mengubah kehidupan seseorang, memberikan semangat, dan menebar kebaikan di sekeliling kita.
Kebijaksanaan dalam Mengendalikan Hati dan Lidah
Kisah Luqman ini memberikan pelajaran besar tentang kebijaksanaan dalam mengendalikan dua bagian penting dari diri manusia: hati dan lidah. Kebijaksanaan dalam menjaga hati agar selalu bersih dari niat buruk dan iri hati adalah langkah pertama menuju kebaikan. Dengan hati yang bersih, seseorang dapat melihat dunia dengan sudut pandang yang lebih positif dan selalu berusaha memberikan manfaat bagi orang lain.
Sementara itu, lidah harus selalu dikendalikan agar tidak menyakiti orang lain. Sebuah pepatah Arab mengatakan, "Lidahmu adalah harimau mu, jika tidak engkau jaga, ia akan menerkammu." Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga kata-kata yang kita ucapkan agar tidak menimbulkan konflik atau menyakiti perasaan orang lain.
Kesimpulan
Kisah Luqman yang disampaikan oleh Ibnu Jarir memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga hati dan lidah. Hati dan lidah adalah dua bagian yang dapat menjadi yang terbaik jika keduanya dijaga dengan baik, namun dapat menjadi yang terburuk jika keduanya rusak. Dalam kehidupan sehari-hari, menjaga kebersihan hati dan kehati-hatian dalam berbicara adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang harmonis, damai, dan penuh berkah.
Sebagaimana nasihat Luqman kepada tuannya, kita semua diingatkan untuk senantiasa memperhatikan kondisi hati dan lidah kita. Dengan hati yang baik dan lidah yang terjaga, kita bisa menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta menciptakan kehidupan yang penuh kebaikan dan kedamaian.